Eurphorbia hirta, Patikan Kerbau dengan Segudang Kandungan Kimia Bermanfaat Herbal

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pada area yang terhujani sinar matahari, warna herbanya dominan merah|ungu kecoklatan. Mempunyai getah yang merupakan ciri khas Genus Eurphorbia. Batangnya yang tegak atau setengah tegak (melengkung), tidak berkayu, berwarna merah atau keunguan dengan tinggi antara 10 – 60 cm, berambut, beruas-ruas, berbentuk bulat silinder itu memiliki percabangan yang berdiameter kecil. Daur hidupnya hanya bertahan 1 tahun (annual). Biji sebagai alat perkembangbiakannya berukuran kecil dengan jumlah yang banyak, bentuknya bulat dengan warna kecoklat-coklatan dan berada di dalam lapisan kulit itu dalam persebarannya dibantu oleh angin.

Perolehan namanya (hirta) disebabkan bulu-bulu yang terdapat pada batang (terutama bagian ujung), akar, dan bawah daun. Asalnya dari benua Amerika tropis yang kini telah menyebar di Indonesia dan hidup dalam rentang kondisi yang luas. Artinya dapat dijumpai dimana-mana, bahkan secara litofit sekalipun.

gu.jpgBerbagai tulisan menyebutnya sebagai gulma|rumput pengganggu, yakni rumput atau tumbuhan liar yang keberadaannya tidak diinginkan. Mengapa? Karena menjadi pesaing bagi tanaman utama|budidaya|produksi dalam mengambil nutrisi dan juga wilayah tumbuh. Apalagi banyak tumbuhan liar yang juga menjadi tanaman inang bagi hama dan penyakit. Mereka dianggap sebagai tanaman yang tidak bermanfaat bahkan merugikan. Saya sebenarnya tidak tega menyebut apapun macam tumbuhan liar sebagai gulma karena mereka juga berhak untuk hidup dan tidak bisa berpikir untuk tumbuh di tempat-tempat di luar area budidaya. Maka untuk selanjutnya, bila susunan kalimatnya cocok, saya akan menyebut istilah gulma dengan tumbuhan yang tidak disukai keberadaannya.

Nama Daerah –

Gendong Anak, Ara Tanah, Nanangkaan, Isu Maibi, Sosononga, Daun Biji Kacang, Kirinyuh, Gatas-Gatas, Tawa-Tawa, Gelang Susu, Kukon-Kukon, Kak-Sekakan, Isu Gibi, Daun Biji Kacang, Lobi-Lobi, Patikan Kebo, Patikan Jawa atau Patikan Kerbau (Indonesia).

Nama Internasional –

Hairy Spurge, Graceful Spurge – Inggris –, Fei Yang Cao (China), Amanpat chaiarisi (lndia), Gelang susu (Malaysia)

Nama Binomial –

Euphorbia hirta, sinonim: E. piluifera var. hirta atau E. capitata dari Familia Euphorbiaceae.

herba.jpg

Pemanfaatan Herbal –

Pemanfaatan getahnya: diteteskan pada mata yang merah karena belekan atau glaukoma atau untuk menghilangkan gatal-gatal (mengandung zat anti pruritic).

Penggunaan herbanya: Abses paru, abses payudara, radang kelenjar susu atau payudara bengkak, radang tenggorokan, bronkhitis, asma, disentri, radang perut, diare, kencing darah, melancarkan kencing, typus abdomenalis, radang ginjal, eksim atau kutu air (tinea pedis).

Pengobatan dengan daunnya: untuk luka tersayat, tumbuk beberapa lembar daun (atau disesuaikan dengan penggunaan) yang telah dicuci hingga halus. Setelah itu tumbukan daun ditempelkan pada luka dan|atau bisul.

Habitat

Daerah dengan ketinggian 1 – 1400 m dpl. Umum dijumpai pada tepi jalan, pinggir sawah, kebun dan perkebunan, pekarangan, pinggir selokan|saluran air, tanah lapang, tegalan, tanah berpasir, pertanian, tepi jalan, sungai, kebun-kebun atau tanah pekarangan rumah yang tidak terurus. Hidup di antara rerumputan dan sering berkoloni bersama Euphorbia prostrata (Patikan Cina).

Daun –

Daun tunggal menempel pada buku-buku batang dengan panjang tangkai 2 – 4 mm. Sedang besar daun berkisar 0,5 – 5 cm berwarna hijau semburat/bebercak ungu. Bentuk jorong meruncing sampai tumpul dengan tepi daun bergerigi tumpul|berlekuk-lekuk. Pangkal daun membulat sebelah dan tidak simetris. Bila terpapar sinar yang banyak daun akan bersemburat warna kemerahan (keunguan). Bila cahaya kurang atau berada di tempat teduh, daun full hijau.

Bunga –

Sekilas warna bunga tidak dapat dibedakan dengan warna buahnya. Bunga kecil-kecil dengan lebar ± 1 mm yang menggerombol atau berhimpit-himpitan membentuk bulatan tak beraturan yang disokong oleh gagang atau tangkai pendek yang keluar dari ketiak daun. Saat muda berwarna hijau yang kemudian berubah kekuningan dan kecoklatan atau warna dadu (merah kecoklatan) bila tersiram sinar surya yang banyak. Per bunga terdiri dari satu bunga betina yang dikelilingi oleh empat bunga berkelamin jantan. Karena itu digolongkan ke dalam bunga majemuk.

Bila telah mengalami penyerbukan yang mayoritas dibantu oleh angin, maka akan dihasilkan buah. Tiap bunga dapat menghasilkan 3 buah berbentuk kapsul atau tonjolan yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Warna hijau kemerah-merahan. Ukuran kurang lebih 1¼ mm dan termasuk buah sejati.

Rentang Habitat

Sangat luas. Mampu hidup pada daerah dan tanah yang kering, minim drainase, namun tidak tahan pada kondisi tanah basah atau lembab. Toleran terhadap cahaya matahari asal tidak full teduh. Suka sinar surya penuh dan mampu berkembang biak dengan cepat melalui biji-bijinya yang ringan, tersebar ke area yang lebih luas dengan bantuan angin.

Level Domestikasi –

Sejauh ini saya belum menemukan blog bule yang menjadikannya sebagai tanaman hias layaknya rumput-rumput liar lainnya. Penampilan rumput Euphorbia ini memang jauh berbeda dengan Euphorbia hias (Pakis Giwang) yang pernah menjadi salah satu tanaman hias termahal. Meski begitu, manfaat rumput ini sangat besar, utamanya dalam fungsi herbal.

Level Gulma –

Tinggi, terutama pada perkebunan kopi dan tanaman budidaya ladang semisal ladang jagung atau tebu. Tingginya level tersebut karena rumput ini memiliki beberapa kelebihan, yakni sifat perakaran tunggang (radix primaria) yang bercabang- cabang|serabut akar (fibrilla radicalis) dalam jumlah yang banyak yang mana para permukaannya terdapat bulu-bulu halus (filus radicalus) dan memiliki tudung akar (kaliptera|calyptra) dengan warna kecoklatan, sehingga membuat rumput ini susah untuk dicabut. Kelebihan lainnya adalah jumlah biji banyak dan mampu tersebar luas dengan bantuan angin. Apalagi juga mampu hidup pada hampir segala kondisi tanah, bahkan tumbuh secara litofit.

batang1.jpg

Cara Pengendalian Populasi

Karena memiliki akar tunggang, besar dan dalam, plus cabang-cabang akarnya|serabut, maka pengendalian secara mekanik dengan pencabutan, pencangkulan, atau kalau perlu pendongkelan merupakan tindakan selain efektif juga aman dan ramah lingkungan dibanding pengendalian kimiawi|obat-obatan (herbisida). Sekarang ini penggunaan obat-obatan memang ditekan sekecil mungkin mengingat dampaknya yang tidak hanya pada tanaman liar saja, namun juga pada binatang dan mungkin juga manusia secara tidak langsung. Selain itu pengendalian dengan pencangkulan atau penggalian dapat menggemburkan tanah. Meskipun tindakan ini memerlukan waktu yang relatif lama dibanding penggunaan herbisida, namun keefektifan dan keamanannya lebih terjamiin.

Kandungan Kimia
Alkaloida, tanin, senyawa folifenol (seperti asma gallat), flavonoid quersitrin, ksanthorhamnin, asam–asam organik palmitat oleat dan asam lanolat, senyawa terpenoid eufosterol, tarakserol dan tarakseron, kautshuk, taraxerol, friedlin, betha amyrin, betasitosterol, beta eufol, euforbol, triterpenoid, tirukalol, eufosterol, hentriacontane, flavonoid, tanin, elagic acid.

Bersifat: Anti radang, peluruh air seni, dan menghilangkan gatal.

koloni.jpg

Spesies-spesies Euphorbia

Euphorbia antiquarum (Susudu), Euphorbia heterophylla (Kate Mas/Painted Euphorbia), Euphorbia milli (Mahkota Duri/Pakis Giwang), Euphorbia plumerioides (Semboja Jepang), Euphorbia prostata (Krokot cina/Patikan Cina), Euphorbia pulcherrima (Racunan), Euphorbia tirucali (Kayu urip), Euphorbia longana (Kelengken biji), Euphorbia dentata
batang.jpg

Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh