Vegetasi penyusun hutan pantai berpasir di Waru-waru didominasi
oleh pohon berukuran sedang dan tidak terlalu tinggi, seperti waru
(Hisbiscus tiliaceus) dan waru lot (Mallotus tiliifolius) (Gambar 3.8).
Komunitas Hibiscus dalam ekosistem pantai termasuk ke dalam
formasi Barringtonia (Goltenbolth dkk., 2012) namun keberadaan
komunitas ini di pantai Waru-waru terdapat di area paling depan. Jenis
lain berupa semai, seperti walangan (Pterospermum diversifolium)
dan walik angin (Mallotus moritzianus) juga tumbuh di kawasan
ini. Tumbuhan lantai hutan yang dikenal dengan rumput kawatan
(Ischaemum muticum) pada umumnya menyusun formasi pes-caprae
tumbuh di belakang komunitas Hibiscus. Dengan kondisi seperti ini,
formasi di pantai Waru-waru sulit dibedakan.
Jenis pohon di bawah ini juga tumbuh di hutan ini, namun
dengan populasi yang rendah, seperti
a) Bayur (Pterospermum javanicum),
b) Kepuh (Sterculia foetida),
c) Tutup (Macaranga spp.),
d) Kilayu (Erioglossum rubiginosum),
e) Soga (Peltophorum pterocarpum),
f) Timoho (Kleinhovia hospita),
g) Sindur (Sindora javanica),
h) Buni (Antidesma bunius),
i) Kayu hitam (Diospyros javanica),
j) Hulu tulang (Casearia flavovirens), dan
k) Kayu besi pantai (Pongamia pinnata)
Mallotus spp. dan Macaranga spp. merupakan jenis-jenis sekunder
yang pada umumnya muncul setelah terjadi pembukaan hutan. Hal
ini senada dengan analisis Polosakan (2011), bahwa hutan pantai
Waru-waru diduga pernah mengalami pembukaan dengan ditandai
adanya jenis-jenis sekunder, seperti Mallotus floribundus.
Ekosistem di Cagar ... | 105