Anda di halaman 1dari 4

BROTOWALI

(Tinospora crispa (L.) Miers)

Klasifikasi Tanaman

Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermathophyta

Class

: Dicotyledonae

Ordo

: Euphorbiales

Family

: Euphorbiaceae

Genus

: Tinospora

I. Deskripsi Tanaman
Brotowali merupakan tanaman
perdu yang pertumbuhannya dengan
system memanjat. Tinggi batang dapat
mencapai 2,5 m. Batang sebesar jari
kelingking, berbintil-bintil rapat, rasanya
pahit. Daun brotowali merupakan daun
tunggal, berbentuk jantung dengan
ujung meruncing, tepi daun rata, tulang
daun menjari, berwarna hijau muda.
Panjang daun 712 cm dan lebar 510
cm. Panjang tangkai daun 3 11 cm
dengan pangkal bengkok dan membesar.
Bunga
brotowali
berwarna
hijau
keputihan dan berbentuk tandan semu.
Brotowali menyebar merata hampir
diseluruh
wilayah
Indonesia
dan
beberapa negara lain di Asia Tenggara
dan India. Brotowali tumbuh baik di
hutan terbuka atau semak belukar
didaerah tropis.
2. Syarat Tumbuh

Brotowali dapat tumbuh di dataran


Species
: Tinospora crispa (L.) rendah sampai dataran tinggi dengan
Miers
ketinggian 1.700 m di atas permukaan
laut. Tanaman ini biasanya tumbuh liar di
hutan, ladang, atau halaman rumah. Brotowali menyukai tempat terbuka dan
membutuhkan banyak sinar matahari.

3. Budidaya Tanamanan
Penyiapan lahan tempat pembudidayaan brotowali sebaiknya disiapkan
sebulan sebelum tanam, yaitu dengan membuat lubang tanam atau alur
tanam dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 30 cm. Pada setiap lubang tanam
dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 0,5 1 kg yang dicampur dengan

tanah atau dibenamkan pada alur-alur tanam. Tanaman brotowali


membutuhkan tiang panjat agar pertumbuhannya baik. Tiang panjat dapat
ditanam di samping lubang tanam sebelum penanaman brotowali. Tiang
panjat dapat berupa panjatan hidup atau mati. Panjatan hidup dapat
menggunakan tumbuhan yang pertumbuhannya relatif cepat dan kuat. Bibit
diperoleh dari stek batang yang sehat dan cukup tua sepanjang 10 cm.
Pemindahan bibit dari polybag ke lapangan adalah dengan cara menyobek
salah satu bagian polybag. Untuk menjaga kelembaban tanah dan
menghambat pertumbuhan gulma sebaiknya diberi mulsa berupa jerami,
serasah atau daun-daun kering. Jarak tanam brotowali yang dianjurkan
adalah 1 m x 1 m. Pupuk yang digunakan sebaiknya adalah pupuk organik
dapat berupa pupuk kandang atau kompos. Penyiangan gulma dilakukan
pada umur 1 bulan setelah tanam atau disesuaikan dengan pertumbuhan
gulma dan sebaiknya secara manual. Apabila digunakan panjatan hidup,
pemangkasan cabang dan daun tanaman perambat harus dilakukan secara
rutin, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan brotowali. Batang brotowali
dapat dipanen apabila warnanya coklat kehitaman. Panen dapat dilakukan
dengan cara memangkas batang. Untuk mendapatkan simplisia brotowali,
batang dipotong kasar lalu dikeringkan.
4. OPT
Jamur Cercosporella dioscoreophylli sering menimbulkan penyakit bercak
bertepung pada daun brotowali. Penyakit ini dapat dicegah dengan cara
mengurangi kerimbunan tanaman perambat agar kelembaban berkurang
khususnya dari embun atau sisa air hujan yang menempel di permukaan
daun. Jamur Colletotrichum sp. dan Trichocladium sp. juga dapat menyerang
batang brotowali. Batang yang terserang akan berwarna coklat dan akhirnya
menjadi kering. Hama yang sering mengganggu brotowali adalah Othreis
fullonia yaitu ulat pemakan daun. Serangan hama ini menyebabkan daun
rontok sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Hama ini dapat
dikendalikan dengan menggunakan ekstrak mimba. Penyemprotan dilakukan
2 minggu sebelum panen.
5. Kandungan Kimia
Senyawa kimia yang dikandung brotowali antara lain alkoloida, dammar
lunak, pati, glikosida, zat pahit pikroeretin, harsa, birberin, palmatin,
kolumbin

dan

jatrorhize.

Senyawa

identitas

dari

brotowali

adalah

tinokrispisida merupakan senyawa yang memiliki rasa sangat pahit. Zat


pahit

pikroretin

merangsang

kerja

urat

saraf

alat

pernafasan

dan

menggiatkan pertukaran zat sehingga dapat menurunkan panas. Kandungan


alkaloid berberin berguna untuk membunuh bakteri pada luka.
6. Manfaat Tumbuhan
Sebagai obat tradisional masyarakat Jawa sudah biasa menggunakan
tanaman ini untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Batangnya
digunakan untuk pengobatan rematik, memar, malaria, demam, merangsang
nafsu makan, menurunkan kadar gula darah, sakit kuning, cacingan, batuk
dan membersihkn ginjal. Air rebusan daun brotowali dimanfaatkan untuk
mencuci luka atau penyakit kulit seperti kudis dan gatal- gatal; sedangkan
air rebusan daun dan batang untuk penyakit kencing manis. Seluruh bagian
tanaman

ini

penyelidikan,

bisa

digunakan

ternyata

air

untuk

rebusan

penyakit
batang

kolera.

Pada

beberapa

bratawali

dapat

memberi

ketenangan pada tikus, dengan demikian pemakaiannya bermanfaat dalam


menangani penyakit kesadaran (psychosis).
Di Filipina, bratawali dianggap sebagai obat serba bisa yang dapat
dipakai untuk mengobati penyakit gila. Di Bali batangnya dipakai sebagai
obat sakit perut, demam dan sakit kuning, bahkan sebagai obat gosok untuk
mengobati sakit punggung dan pinggang. Karena rasanya yang pahit,
mungkin darah pemakai brotowali juga berasa pahit. Terbukti nyamuk pun
tak mau menggigit.
Tekhnik Pemanfaatannya :
1. Rheumatik :
1 jari batang brotowali dicuci dan potong-potong seperlunya, direbus dengan
3 gelas air sampai menjadi 1 1/2 gelas. Setelah dingin disaring, ditambah
madu secukupnya, minum. Sehari 3 x 1/2 gelas.
2. Demam kuning (icteric) :
1 jari batang brotowali dicuci dan potong-potong, direbus dengan 3 gelas air
sampai menjadi 1 1/2 gelas. Diminum dengan madu secukupnya. Sehari 2 x
3/4 gelas.
3. Demam :

2 jari batang brotowali direbus dengan 2 gelas air, sampai menjadi 1 gelas.
Setelah dingin, diminum dengan madu secukupnya. Sehari 2x 1/2 gelas.

4. Kencing manis :
1/3 genggam daun sambiloto, 1/3 genggam daun kumis kucing, 3/4 jari 6
cm batang brotowali dicuci dan dipotong-potong, direbus dengan 3 gelas air
sampai menjadi 2 gelas. Diminum setelah makan, sehari 2 X 1 gelas.
5. Kudis (scabies) :
3 jari batang brotowali, belerang sebesar kemiri, dicuci dan ditumbuk halus,
diremas dengan minyak kelapa seperlunya. Dipakai untuk melumas kulit
yang terserang kudis. Sehari 2 x.
6. Luka :
Daun brotowali ditumbuk halus, letakkan pada luka, diganti 2 x perhari.
Untuk mencuci luka, dipakai air rebusan batang brotowali.

Anda mungkin juga menyukai