Anda di halaman 1dari 18

Nama lain : Bratawali

Nama Tanaman Asal : Tinospora tuberculata


Keluarga : Menispermaceae
Zat Berkahasiat Utama : pati glukosida pikroterasida,
alkaloid,barberin dan palmatin, harsa, zat pahitpikroretin.
Penggunaan : obat demam,tonikum,antidiabetes.
Pemerian : Bau lemah, rasa sangat pahit.
Bagian yang di gunakan : batang dan kulit batang.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Penyebaran : daerah tropis terutaman Asia
Brotowali merupakan perdu yang
pertumbuhannya memanjat. Tinggi batang dapat
mencapai 2,5 m. Batang sebesar jari kelingking,
berbintil-bintil rapat, rasanya pahit. Daun
brotowali merupakan daun tunggal, berbentuk
jantung dengan ujung meruncing, tepi daun rata,
tulang daun menjari, berwarna hijau muda.
Panjang daun 7 – 12 cm dan lebar 5 – 10 cm.
Panjang tangkai daun 3 – 11 cm dengan pangkal
bengkok dan membesar. Bunga brotowali
berwarna hijau keputihan dan berbentuk tandan
semu.
Brotowali dapat tumbuh di dataran rendah sampai
dataran tinggi dengan ketinggian 1.700 m di atas
permukaan laut. Tanaman ini biasanya tumbuh liar di
hutan, ladang, atau halaman rumah. Brotowali menyukai
tempat terbuka dan membutuhkan banyak sinar matahari.
Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan tempat pembudidayaan brotowali
sebaiknya disiapkan sebulan sebelum tanam, yaitu dengan
membuat lubang tanam atau alur tanam dengan ukuran 20
cm x 20 cm x 30 cm. Pada setiap lubang tanam dipupuk
dengan pupuk kandang sebanyak 0,5 – 1 kg yang dicampur
dengan tanah atau dibenamkan pada alur-alur tanam.
Tanaman brotowali membutuhkan tiang panjat agar
pertumbuhannya baik. Tiang panjat dapat ditanam di
samping lubang tanam sebelum penanaman brotowali.
Tiang panjat dapat berupa panjatan hidup atau mati.
Panjatan hidup dapat menggunakan tumbuhan yang
pertumbuhannya relatif cepat dan kuat.
Tanaman brotowali biasanya diperbanyak dengan
stek batang agar pertumbuhan tanaman seragam. Stek
batang diambil dari batang yang sehat dan cukup tua.
Panjang stek batang 5 cm,10 cm, atau 15 cm. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa panjang stek terbaik
adalah 10 cm. Sebelum ditanam ke lapangan, stek
ditanam di polibeg yang berisi media tanam campuran
pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1 : 1.
Stek batang ditunaskan selama 3– 4 minggu. Untuk
mempercepat pertumbuhan tunas dapat digunakan
atonik atau air kelapa. Stek yang dipindahkan ke
lapangan adalah stek yang pertumbuhannya sehat dan
seragam.
Pemindahan bibit dari polibeg ke lapangan adalah
dengan cara menyobek salah satu bagian polibeg. Bibit
dipindahkan ke lubang tanam dengan hati-hati. Tanah di sekitar
bibit dipadatkan agar bibit tetap kokoh. Untuk menjaga
kelembaban tanah dan menghambat pertumbuhan gulma
sebaiknya diberi mulsa berupa jerami, serasah atau daun-daun
kering. Jarak tanam brotowali yang dianjurkan adalah 1 m x 1 m.

Pupuk yang digunakan sebaiknya adalah pupuk


organik dapat berupa pupuk kandang atau kompos.
Pemberian pupuk kimia dikhawatirkan akan mempengaruhi
kandungan tanaman. Penyiangan gulma dilakukan pada umur
1 bulan setelah tanam atau disesuaikan dengan pertumbuhan
gulma. Penyiangan gulma sebaiknya tidak menggunakan
herbisida, tetapi secara manual yaitu dengan mencabut
gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman.
 Apabila digunakan panjatan hidup, pemangkasan cabang dan daun tanaman
perambatharus dilakukan secara rutin, sehingga tidak mengganggu
pertumbuhan brotowali. Pengaturan arah pertumbuhan batang brotowali
sebaiknya ditata agar pertumbuhan cabang teratur sehingga memudahkan
pemanenan. Untuk menarik dan melekatkan sementara cabang-cabang yang
menjuntai dapat digunakan tali plastik atau tali rafia. Cara perambatan
gantung ini akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
perambatan bebas pada tanaman perambat.

 Jamur Cercosporella dioscoreophylli sering menimbulkan penyakit bercak


bertepung pada daun brotowali. Pada daun tanaman yang terserang jamur ini
terlihat bercak kuning. Penyakit ini tidak menyebabkan kematian tanaman,
tetapi membuat bentuk daun tidak sempurna.

 Penyakit ini dapat dilakukan dengan cara mengurangi kerimbunan tanaman


perambat agar kelembaban berkurang khususnya dari embun atau sisa air
hujan yang menempel di permukaan daun. Jamur Colletotrichum sp. dan
Trichocladium sp. juga dapat menyerang batang brotowali. Batang yang
terserang akan berwarna coklat dan akhirnya menjadi kering.

 Hama yang sering mengganggu brotowali adalah Othreis fullonia yaitu ulat
pemakan daun. Serangan hama ini menyebabkan daun rontok sehingga
mengganggu pertumbuhan tanaman. Hama ini dapat dikendalikan dengan
menggunakan ekstrak mimba. Penyemprotan dilakukan 2 minggu sebelum
panen.
 Panen dan Pascapanen
Batang brotowali dapat dipanen apabila warnanya coklat
kehitaman. Panen dapat dilakukan dengan cara
memangkas batang. Untuk mendapatkan simplisia
brotowali, batang dipotong kasar lalu dikeringkan

 Kandungan Kimia
Kandungan kimia brotowali adalah alkaloid, damar
lunak, pati, glikosida pikroretosid, zat pahit
pikroretin, harsa, berberin dan palmatin. Akar
brotowali mengandung alkaloid dan kolumbin.
Penetapan :
 Kadar abu. Tidak lebih dari 7,2%
 Kadar abu yg tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 0,9%
 Kadar sari yg larut dalam etanol. Tidak lebih dari 15,4%
 Kadar sari yg larut dalam air. Tidak lebih dari 4,4%
 Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2%
Dalam penelitian ini, ekstraksi satu kg T. crispa batang kering
dengan etanol 70% menghasilkan 193,4 g ekstrak etanolat kental
(19,34%) yang lebih dari rendemen ekstrak etanol 96% yang
dilaporkan oleh Irianti et al. (2011) hanya 12,02%. Namun, hasil ini
kurang dari rendemen 96% ekstrak etanolat 20,25% (Mutiatikum et al,
2004). Dengan demikian, polaritas pelarut yang lebih tinggi, semakin
banyak hasil ekstrak.
Baku mutu ekstrak brotowali ditentukan oleh parameter non
spesifik dan spesifik.Kandungan air diukur dengan Metode gravimetrik,
sedangkan kontaminasi mikroba seperti jumlah bakteri dan jamur
dihitung dengan uji mikrobiologis. Beberapa faktor menentukan
kualitas mikrobiologis tanaman obat meliputi komposisi tanaman
(senyawa antimikroba) sebagai faktor intrinsik, dan juga ekstrinsik.
faktor seperti lokasi, pasca panen, dan kontaminasi mikroba eksogen
(Kneifel et
al., 2002).
 KESIMPULAN
Ekstrak etanol dari batang T. crispa
menunjukkan parameter standardisasi umum
yaitu kadar air 7,8 ± 1,9%; kadar abu total
4,75 0,25%; total kontaminan bakteri dan jamur
kurang dari 104 CFU / g, masing-masing. Selain itu,
parameter khusus termasuk air fraksi terlarut
45,09 ± 0,67% dan fraksi larut etanol 14,19 ± 0,14%,
serta kandungan flavonoid total 32,65 ± 0,20%
setara dengan rutin.
Pati adalah polimer dari glukosa. Tumbuhan yang kelebihan
glukosa merubahnya menjadi pati sebagai simpanan salah satu
kandungan dari tumbuhan brotowali adalah pati, pati merupakan bagian
dari karbohidrat. Metabolisme pati, melalui jalur primer dimana glukosa
6-fosfat yang dihasilkan selama fotosintesis adalah prekursor dari tiga
jenis karbohidrat tumbuhan yaitu sukrosa, pati, dan selulosa.

2.Glikosida

Glikosida dihasilkan melalui jalur metabolit primer, dimana pada


gambar dibawah ini dapat terlihat jelas jalur – jalurnya.
Damar atau Triterpenoid merupakan salah satu kandungan dari
brotowali

Alkaloida adalah senyawa organik yang mengandung nitrogen


(biasanya dalam bentuk siklik) dan bersifat basa. Senyawa ini
tersebar luas dalam dunia tumbuh- tumbuhan dan banyak
diantaranya yang mempunyai efek fisiologi yang kuat
Telah dilakukan penelitian uji efek antidiabetes senyawa tinokrisposid dari batang
brotowali (Tinospora crispa (L) Miers) pada mencit putih jantan dengan metoda Tes toleransi
glukosa oral dilanjutkan induksi aloksan. Pada Tes toleransi glukosa oral diberikan senyawa
tinokrisposid dengan dosis 5, 10 dan 20 mg/kg BB. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan
setiap 30 menit selama 150 menit. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan pemberian
senyawa tinokrisposid pada semua kelompok dosis dapat meningkatkan toleransi glukosa
dibanding kelompok kontrol negatif (Sig < 0,05). Peningkatan toleransi glukosa yang optimal
terjadi pada dosis 20 mg/kg BB.
Pada metoda induksi aloksan diberikan senyawa tinokrisposid dosis10, 20 dan 40 mg/kg
BB secara oral selama 7 hari. Aloksan diberikan dengan dosis 200 mg/kg BB secara intraperitonial.
Parameter yang diukur pada mencit diabetes adalah kadar glukosa darah hari ke-0, ke-1, ke-4
dan ke-7, berat badan setiap hari, volume urin 48 jam, dan volume minum 24 jam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian senyawa tinokrisposid dapat menurunkan kadar glukosa darah
mencit diabetes secara signifikan (Sig < 0,05) dan dapat memperbaiki berat badan (Sig < 0,05).
Namun tidak mempengaruhi voume urin dan volume air minum (Sig > 0,05). Efek optimal terlihat
pada dosis 20 mg/kg BB.

Anda mungkin juga menyukai